Kamis, 23 Oktober 2014

Laporan konsistensi tanah


ACARA VIII
KONSISTENSI TANAH


I.             TUJUAN

1.      Menetapkan Batas Cair tanah (BC)
2.      Menetapkan Batas Lekat tanah (BL)
3.      Menetapkan Batas Gulung tanah (BG)
4.      Menetapkan Batas Berubah Warna tanah (BBW)
v   Menghitung Jangka Olah Tanah (JO)
v   Menghitung Indeks Plastisitas Tanah (IP)
v   Menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM)
.

II.             DASAR TEORI


Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukan derajat adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Sifat fisik yang ditunjukan pada konsistensi berupa keliatan (plasticity), keteguhan (friability), dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dikelompokan menjadi dua, yaitu kualitatif (biasanya di lapangan dan di laboratorium) dan kuantitatif (di laboratorium) dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas gulung (BG), batas lekat (BL), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka Atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan konsistensi tanah (Handayani, Suci. 2007).

BC merupakan kadar lengas pada saat tanah mulai mengalir bebas tanpa tekanan  atau jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. BL adalah kadar lengas pada saat tanah basah tidak mengalir pada alat logam atau kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat lagi pada benda lain. BG merupakan kadar lengas tanah pada saat tanah mulai dapat dibentuk atau  kadar air dimana gulungannya tidak dapat lagi digolek-golekkan. BBW merupakan kadar lengas pada saat tanah mulai mengering dan tidak dapat menyediakan lengas untuk tanaman (Handayani, Suci. 2007 dan Agus, Cahyono. 2008).
                        Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik,  juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas. Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah ) sampai teguh ( agak sulit dicangkul ). Dalam keadaan kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis ataupun kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah akan dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak waktu kering. Bila tanah sukar hancur dengan remasan tersebut, tanah dikatakan berkonsistensi teguh ( lembab ) atau keras ( kering ) (Hardjowigeno, 1987).

  Konsistensi tanah dapat ditetapkan secara langsung di laboratorium berdasarkan angka-angka Atterberg. Angka Atterberg adalah persentase berat lengas tanah yang diukur pada saat tanah mengalami perubahan konsistensi.
            Adapun Evaluasi Angka-Angka Atterberg adalah sebagai berikut :

Harkat
Plastisitas (BC-BG) (%)
Jangka olah (BL-BG) (%)
Batas mengalir (BC-BBW) (%)
Sangat rendah
0-5
1-3
< 20
Rendah
6-10
4-8
21-30
Sedang
11-17
9-15
31-45
Tinggi
18-30
16-25
46-70
Sangat tinggi
31-43
26-40
71-100
Ekstrim tinggi
> 43
>40
>100
            (Hardjowigeno,1987).

Konsistsnsi tanah menunjukkan kekuatan daya adhesi dan kohesi butir-butir ta
Nah dengan benda lain.Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang
 akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut dapat berupa usikan, misalnya
pencangkulan, dan pembajakan. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah (Hardjowigeno,1992).
            Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman ditunjukkan oleh BC, dan yang terendah oleh BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi tanaman harus mempunyai kadar air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG merupakan kadar air dimana tanah mudah diolah (dicangkul, digaru), sehingga dinamakan jangka olah (JO). Antara BC dan BG merupakan kadar air tanah di mana tanah menunjukan derajat keteguhan (DT) (Darmawijaya, Isa. 1997).





III.            ALAT DAN BAHAN
a)      Batas Cair
1.         1 buah alat Casagrande
2.         1 buah cawan penguap diameter 12 cm
3.         1 buah colet
4.         1 buah botol pemancar air
5.         4 buah cupu
6.         1 buah timbangan analitis
7.         1 buah dapur pengering
8.         1 buah eksikator
9.         1 helai kertas grafik semilog
10.     Contoh tanah  :  mediteran
b)     Batas Lekat
1.       1 buah colet yang mengkilat bersih dan permukaannya rata (sebaiknya dari nikel)
2.       2 buah cupu
3.       1 buah botol pemancar air
4.       1 buah timbangan analitis
5.       1 buah dapur pengering
6.       1 buah eksikator
7.       Contoh tanah : mediteran (pasta tanah sisa acara BC)
c)      Batas Gulung
1.       1 buah lempeng kaca seluas telapak tangan
2.       3 buah penimbang
3.       1 buah botol pemancar air
4.       1 buah pengering
5.       1 buah timbangan analitik
6.       1 buah eksikator
7.       Contoh tanah : mediteran (pasta tanah sisa acara BL atau BC)
d)     Batas Berubah Warna
1.       1 buah papan kayu dengan salah satu permukaan lebarnya rata dan halus, kira-kira berukuran 10 x 15 cm
2.       1 buah colet
3.       2 buah cupu
4.       1 buah dapur pengering
5.       1 buah timbangan analitis
6.       1 buah eskikator
7.       Contoh tanah : mediteran (sisa pasta tanah acara BT atau BL)



IV.            CARA KERJA
a)                  BATAS CAIR
1.      Alat Casagrande disiapkan dengan 2 buah sekrup pengatur dan dengan bagian ekor  colet tinggi jatuh cawan diatur setinggi 1 cm.
2.      Sejumlah tanah diambil secukupnya ( + 100gr) dalam cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang ditambahkan sedikit demi sedikit dengan cupu pemancar sehingga diperoleh pasta yang homogen.
3.      Sebagian pasta tanah diletakkan di atas cawan alat casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta +1cm. Kemudian dengan colet pasta tanah dibelah sepanjang sumbu simetris cawan. Waktu membelah pasta, colet dipegang sedemikian sehingga pada saat setiap kedudukannya ia selalu tegak lurus pada permukaan cawan dan ujung colet selalu tertekan di permukaan cawan. Di dasar alur pembelahan harus terlihat permukaan cawan yang bersih dari tanah selebar ujung colet (2mm).
4.      Alas casagrande diputar pada pemutarnya sedemikian ceptanya sehingga cawan terketuk-ketuk sebanyak dua kali tiap detik. Banyak ketukan untuk menutupi kembali sebagian alur sepanjang 1cm dihitung. Kemudian diulangi langkah ketiga, cawan diketuk-ketukan lagi dan banyak ketukan untuk menutupi kembali alurnya seperti tadi dihitung. Pekerjaan ini diulang-ulang lagi sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tetap.
5.      Setelah dapat diperoleh banyaknya ketuakn yang tetap antara 10 sampai 40, ambilah sejumlah pasta tanah disekitar bagian alur yang menutup sebanayk kira-kira 10gr dan ditetapkan kadar lengasnya seperti dalam acara kadar lengas.
Catatan    : 
Jika diperoleh hasil yang banyak ketukannya kurang dari 20 maka berarti pastanya terlalu basah dan kalau lebih dari 40 ketukan pastanya terlalu kering, dalam kejadian pertama kebasahan dikurangi dengan jalan menambah kering sedikit dan dalam kejadiankedua pastanya ditambah air.

6.      Kerjakan lagi langkah ke-3 s/d ke-5, sehingga keseluruhannya dperoleh empat kali pengamatan dengan ketukan yang berbeda-beda, yaitu dua buah pengamatan berketukan di bawah 25 dan dua buah lainnya di atas 25.
Catatan     : 
Untuk dapat memperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara:
a. Pengamatan dimulai dari keadaan pasta yang kering (ketukan lebih banyak) ke keadaan basah (ketukan lebih sedikit) denagan jalan menambah air pada pasta tanah setelah selesai suatu pengamatan.
b. Berlawanan dari cara a yaitu dimulai dari keadaan yang lebih basah ke keadaan yang lebih kering dengan jalan membiarkan pasta tanah agak kering setiap selesai suatu pengamatan.

b)                 BATAS LEKAT
1.      Diambil sisa pasta tanah acara BC, digumpalkan dalam tangan dan ditusukkan  colet kedalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm/detik. Dapat juga dijalankan dengan menggumpalkan pasta dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik secepat 0,5 detik.
2.      Diperiksa permukaan coletnya  :
                                     a.          Bersih, tidak ada tanah lebih kering dari BL.
                                     b.          Tanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
3.           Dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2, tetntukan apakah pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya, dan diulangi langkah 1 hingga sampai mencapai keadaan di pemukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 dikali dalamnya penusukan kira-kiar 0,8 cm.
4.      Diambil tanah sekitar, tempat tusukan sebanyak kira-kira 10 gram dan ditetapkan kadar lengasnya seperti dalam acara kadar lengas.
5.      Dikerjakan lagi langkah-langkah 1 s/d 4 sebagai duplo. Hasil duplo dengan yang pertama tidak berselisih lebih dari 1 %. Kalau lebih, harus diulangi lagi sampai diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak lebih dari 1 %.

c)                  BATAS GULUNG
1.     Diambil pasta tanah kira-kira 15 gram dan buat bentuk seperti sosis, letakkan di atas lempeng kaca dan gerakkan telapak tangan maju mundur, sosis tanah digolek-golekan sampai berbentuk tambang. Jarak penggolekan ialah dari ujung jari sampai pangkalnya dan kembali. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan gerakan menjarang. 
2.     Diperiksa tambang tanah yang terbentuk.
3.     Diulangi langkah 1 dengan lebih dulu menambah atau mengurangi kelembaban pasta tanah (tergantung hasil langkah ke-2) sampai dicapai keadaan, tambang tanah itu akan mulai retak-retak / putus-putus pada waktu mencapai tebal 3 mm.
4.     Diambil tambang yang retak-retak / putus-putus itu dan tetapkan kadar lengasnya seperti dalam acara kadar lengas.
5.     Dikerjakan 2 kali langkah-langkah ke-1 s/d ke- 4 sebagai duplo dan triplo

d)                 BATAS BERUBAH WARNA
1.      Diratakan pasta tanah dengan colet, tipis dan licin, di atas permukaan papan kayu yang rata dan halus. Bentuknya dibuat jorong dan pelan-pelan menipis dari tengah ke tepi. Bagian tengah tebalnya kira-kira 3 mm.
2.      Didiamkan dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas dalam pasta pelan-pelan akan menguap dan penguapan lebih cepat di bagian yang tipis (tepi). Pada waktu lengas menguap, pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi oleh udara, maka warna tanah akan memuda. Pemudaan ini akan berjalan mulai daritepi dan dengan pelan-pelan menjalan ke tengah.
3.      Setelah jalur mudah dicapai lebarnya kira-kira 0,5, maka jalur muda diambil dengan colet bersama-sama dengan jalur disampingnya yang masih gelap, juga selebar kira-kira sama banyak dari 2 tempat sekeliling. Juga menentukan jorong untuk mendapat hasil rata-rata yang lebih baik. Untuk dijadikan pedoman, warna muda di salah satu sudut papan kayu diletakkan selapis tipis contoh tanah kering udara yang digunakan dalam acara ini sebagai pembanding.

V.               HASIL PENGAMATAN
a.       Batas Cair
Pengamatan ke
Berat Cupu (a gram)
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
Kadar Lengas (%)
20 ketukan
6
20,7
11,7
157,89
18 ketukan
5,9
11,1
9,7
36,84
36 ketukan
5,8
9,6
7,6
111,11
40 ketukan
5,9
10,7
8,8
65,52






b.      Batas Lekat

Pengamatan ke
Berat Cupu (a gram)
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
Kadar Lengas (%)
1
7,5
12,5
11
42, 86
2
7,4
12,6
11,1
40,54

c.       Batas Gulung

Pengamatan ke
Berat Cupu (a gram)
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
Kadar Lengas (%)
1
7
9,9
9,1
38,10
2
6,6
8,9
8,5
21,05

d.      Batas Berubah Warna

Pengamatan ke
Berat Cupu (a gram)
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
Kadar Lengas (%)
1
7,3
21,1
16,4
51,65
2
7,2
31,6
25,5
33,33


PERHITUNGAN
Perhitungan Kadar Lengas (KL)
Rumus umum KL  =
a)      Kadar Lengas BC
Ø  KL BC 20 ketukan   =
                                  =
                                  = 157,89%
Ø  KL BC 18 ketukan   =
                                  =
                                  = 36,84%
Ø  KL BC 36 ketukan   =
                                  =
                                  = 111,11%
Ø  KL BC 40 ketukan   =
                                  =
                                  = 65,52%
v   Rata-rata kadar lengas BC
          BC  = (
                 = (
                 = 92,84%
b)      Kadar Lengas BL
Ø  KL BL1   =
               =
               = 42,86%
Ø  KL BL2   =
               =
               = 40,54%
v   Rata-rata kadar lengas BL
          BL  = (
                 = (
                 = 41,7%
c)      Kadar Lengas BG
Ø  KL BG1  =
               =
               = 38,10%
Ø  KL BG2  =
               =
               = 21,05%
v   Rata-rata kadar lengas BG
          BG = (
                 = (
                 = 29,58%
d)     Kadar Lengas BBW
Ø  KL BBW1    =
                    =
                    = 51,65%
Ø  KL BBW2    =
                    =
                    = 33,33%
v   Rata-rata kadar lengas BBW
          BBW   = (
                        = (
                        = 42,45%
Perhitungan Batas Cair
Perhitungan BC menggunakan 3 cara, yaitu:
                                     a.          Rumus umum
                                     b.          Persamaan regresi
                                     c.          Grafik
a.       Perhitungan dengan Rumus Umum
Log BC = log KLN  + 0,121 log N  - 0,16015
Ø  Log BC20 = log 157,89 + 0,121 . log 20 – 0,16915
                  = 2,198 + (0,121 . 1,30) – 0,16915
                  = 2,198 + 0,1573 – 0,16915
                  = 2,19
BC20  = anti log 2,19 = 154,88%
Ø  Log BC18 = log 36,84+ 0,121 . log 18 – 0,16915
                  = 1,57 + (0,121 . 1,26) – 0,16915
                  = 1,57 + 0,15246 – 0,16915
                  = 1,55
BC18  = anti log 1,55 = 35,48%
Ø  Log BC36 = log 111,11 + 0,121 . log 36 – 0,16915
                  = 2,05 + (0,121 . 1,56) – 0,16915
                  = 2,05 + 0,18876 – 0,16915
                  = 2,07
BC36  = anti log 2,07 = 117,49%
Ø  Log BC40 = log 65,52 + 0,121 . log 40 – 0,16915
                  = 1,82 + (0,121 . 1,60) – 0,16915
                  = 1,82 + 0,1936 – 0,16915
                  = 1,85
BC40  = anti log 1,85 = 70,79%
v  BC rata-rata = (
                                 = (
                                 = 94,66%
b.      Perhitungan dengan persamaan regresi
Jumlah Ketukan
Log (Banyak Ketukan) {X}
Kadar lengas {Y}
XY
X2
20
1,30
157,89
205,26
1,69
18
1,26
36,84
46,418
1,59
36
1,56
111,11
173,33
2,43
40
1,6
65,52
104,83
2,56
Σ
5,72
371,36
529,84
8,27

v  X =  =  = 1,43
v  Y =  =  = 92,84
v  b   =
      =
      = 
      = 
      = - 13,33
v  a   = Y – bX
     = 92,84 – (- 13,33).1,43
     = 92,81 – (- 19,06)
     = 111,9
Jadi, persamaan regresinya, Y = a + bX,
dengan X = log 25 (log 25 = 1,39794)
                                      Y  = 111,9 + (- 13,33).1,39794
= 111,9 + (- 18,63)
= 93,27

c.       Perhitungan dengan grafik
Tabel Rumus Umum (Cara Titik Tunggal)
Ulangan
Kadar Lengas (%)
Banyak Ketukan
Log Kadar Lengas
Log Banyak Ketukan
Log BC
1
157,89
20
2,198
1,30
2,19
2
36,84
18
1,57
1,26
1,55
3
111,11
36
2,05
1,56
2,07
4
65,52
40
1,82
1,6
1,85

Rata-rata
1,915

BC Hasil Perhitungan
82,22




Y = - 13,33 X + 111,9

   = - 13,33 (1,39794) + 111,9
   = - 18,63 + 111,9

   = 93,27






Perhitungan Dari:
1.         Jangka Olah Tanah (JO)
2.         Indeks Plastisitas Tanah (IP)
3.         Persediaan Air Maksimum (PAM)
Ø  Jangka Olah Tanah  = BL – BG
                                 = 41,7 – 29,58
                                 = 12,12
Ø  Indeks Plastisitas Tanah      = BC – BG
                                            = 92,84 – 29,58
                                            = 63,26
Ø  Persediaan Air Maksimum  = BC – BBW
                                            = 92,84 – 42,45
                                            = 50,39

VI.               PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita mengadakan pengujian dengan menggunakan anggka-angka Atterberg, yaitu: BC, BL, BG, dan BBW pada tanah mediteran.
Konsistensi tanah ditentukan oleh struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
Pada pengamatan batas cair digunakan tiga cara untuk mendapatkan nilai batas cair dari masing-masing jenis tanah, yaitu dengan grafik, rumus umum ; log BC = log Kln + 0,121 log N – 0,16915, dan dengan persamaan regresi : Y = a + bx. Dari ketiga metode tersebut, perhitungan dengan persamaan regresi merupakan metode yang paling baik karena hasil yang diperoleh merupakan hasil pengolahan semua data hasil pengamatan sehingga lebih akurat daripada metode grafik yang memungkinkan adanya data yang tidak tercakup dam metode rumus umum yang hanya menggunakan data satu kali pengamatan. Namun demikian dari hasil perhitungan dengan menggunakan ketiga metode tersebut diperoleh hasil yang yang tidak jauh berbeda. Batas cair yang diperoleh dari perhitungan tersebut menunjukkan kadar lengas maksimum yang dapat membuat tanah tidak mengalir bersama air, artinya jika tanah-tanah tersebut memiliki kadar lengas dari batas cairnya lebih rendah maka tanah akan mengalir bersama dengan air. Pada batas cair ini massa tanah tidak lagi dapat mengalir semata-mata oleh gaya berat, akan tetapi masih dapat juga meluncur kalau dikenai oleh suatu gaya penggerak. Gaya penggerak pada percobaan ini ditunjukkan oleh alat casagrande, dimana alat ini bekerja dengan sistem gerakan yang menghasilkan ketukan-ketukan. Dari hasil ketukan ini maka didapatkan hasil dari pengukuran kadar lengas yang berbeda. Percobaan ini dilakukan sebanyak empat kali dengan bermacam ketukan pada masing-masing contoh tanah. Percobaan pertama pada tanah mediteran menghasilkan 20 ketukan. Percobaan kedua menghasilkan 18 ketukan. Percobaan ketiga menghasilkan 36 ketukan dan yang keempat menghasilkan 40 ketukan. Dari contoh tanah yang memiliki hasil ketukan yang berbeda ini kemudian diambil  dari alur yang telah tertutup oleh tanah. Dari situ, kemudian dilakukan pengovenan untuk menentukkan besar kadar lengas tanah tersebut. Dengan penghitungan menggunakan cara rumus umum maka didapatkann besar kadar lengas rata-rata tanah mediteran adalah 92,84. Pada perhitungan dengan persamaan regresi maka kadar lengas tanah mediteran adalah 93,27.
Untuk BL, kita harus menggunakan colet yang bersih, jangan sampai berlemak atau kasar permukaannya. Jika colet berlemak, maka akan mengganggu menempelnya tanah pada colet; jika permukaanya kasar, akan menyebabkan tanah sulit melekat. Jika kedua hal ini terjadi, kita tidak dapat menentukan BL nya. Kelembaban tanah berkaitan dengan kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air. Jika suatu jenis tanah tidak bersifat lekat maka hal ini menunjukan bahwa kelembabanya rendah. Jika kecepatan menusuk lebih lambat dari 5cm/detik, memungkinkan tanah yang seharusnya tidak lengket menjadi lengket. Dan dari praktikum ini kita mendapatkan nilai BL sebesar 41,7. Alat yang digunakan pada pengamatan adalah colet yang bersih dan permukaanya rata. Kecepatan penusukan dan penarikan colet penting, sebab kecepatan pergeseran berpengaruh terhadap kelekatan tanah pada permukaan colet.
Untuk BG, landasan penggolekan harus keras dan rata permukaannya agar pada saat kita menggolek-golekkan tanah, tekanan yang kita berikan dapat menyebar merata, kepadatan tanah tetap dapat terjaga. Apabila landasan yang digunakan berserabut tentunya akan mengganggu permukaan tambang tanah, misalnya memberi kasan retak atau akan mematahkan tambang tanah yang kita buat walaupun belum mencapai batas gulungnya. Dan dari praktikum ini kita mendapatkan nilai BG sebesar 29,58.

Untuk BBW, istilah plastis dapat kita artikan liat. Pada selisih BT-BG yang menunjukan indeks plastis karena diantar BT dan BG tanah bersifat basah, menunjukan sifat liat tanah. Hubungannya dengan pengolahan tanah adalah menunjukan tingkat keliatan tanah. JO adalah selisih BL dan BG, BL menunjukan konsistensi lekat sangat tinggi, BG menunjukan batas konsistensi liat dan tidak liat. Pengolahan tanah tidak baik apabila antara BLA & BL karena struktur tanah peka terhadap kerusakan. BBW rendah seiring dengan BLB yang tinggi sehingga tanah mudah diolah karena tersedia rentang kadar lengas tanah yang lebar yang baik untuk mengolah tanah. Persediaan air tertinggi dalam tanah terjadi apabila pada saat tanah bersifat sangat liat, kejenuhan kadar air tinggi. Dan dari praktikum ini kita mendapatkan nilai BBW sebesar 42,45.
Nilai yang diperoleh dari keempat batas konsistensi di atas digunakan untuk menghitung jangka olah tanah (JO). Indeks plastisitas (IP), dan persediaan air maksimum (PAM).
Dari hasil perhitungan diperoleh jangka olah tanah mediteran sebesar 12,12 %. Tanah dengan jangka olah tinggi merupakan tanah yang lebih mudah diolah daripada tanah dengan jangka olah rendah.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanah mediteran merupakan tanah yang mudah untuk diolah.
Pada perhitungan indeks plastisitas diperoleh indek plastisitas tanah mediteran sebesar 63,26%. Tanah dengan indeks plastisitas tinggi merupakan tanah yang mudah diolah, karena tanah mudah tidak mudah pecah ketika diolah.
Dari perhitungan persediaan air maksimum diketahu PAM tanah mediteran sebesar 50,39%. Nilai yang diperoleh menunjukkan kadar air yang tersedia bagi tanaman dapat dikatakan tanah mediteran memiliki PAM yang baik.Akan tetapi, penentuan PAM dalam praktikum ini kurang akurat.Hal ini dikarenakan penentuan yang dilakukan pada tanah dalam keadaan yang tidak alami lagi (tanah telah diaduk dengan air hingga menjadi pasta) sehingga mekanisme penyerapan air yang terjadi berbeda dengan keadaan alami, dimana banyaknya dan ukuran pori-pori tanah berperan penting pada Penentuan PAM yang dianggap lebih baik adalah dengan menghitung perbedaan kadar air pada tegangan 1/3 bar (kapasitas lapang) dengan kadar pada 15 bar (titik layu permanen).


VII.               KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Konsistensi tanah penting untuk diketahui karena dapa memberitahukan penentuan cara pengolahan tanha yang baik, untuk mengetahui penetrasi akar yang baik dan kemampuan tanah menyimpan kelengasannya.
2.      Tanah mediteran merupakan tanah yang paling baik diolah karena nilai IP, JO dan PAM mediteran tinggi.
3.      Penentuan PAM lebih baik dilakukan dengan menghitung perbedaan kadar air pada tegangan 1/3 bar (kapasitas lapang) dengan kadar pada 15 bar (titik layu permanen).
4.      Pada batas cair dapat diketahui bahwa massa tanah tidak lagi dapat mengalir semata-mata oleh gaya berat, akan tetapi masih dapat juga meluncur kalau dikenai oleh suatu gaya penggerak.
5.      Kecepatan penusukan dan penarikan colet penting, sebab kecepatan pergeseran berpengaruh terhadap kelekatan tanah pada permukaan colet.
6.      Apabila tanah memiliki kadar air kurang dari batas berubah warnanya maka tanaman sudah tidak mampu lagi menyerap air dari tanah tersebut.
7.      Hasil perhitungan konsistensi tanah mediteran sebagai berikut
·         Batas cair                                                 = 92,84%
·         Batas lekat                                               = 41,7 %
·         Batas gulung                                            = 29,58 %
·         Batas berubah warna                               = 42,45 %
·         Jangka Olah (JO)                                     = 12,12 %
·         Indeks Plastisitas (IP)                              = 63,26 %
·         Persediaan Air Maksimum (PAM)          = 50,39 %

VIII.               DAFTAR PUSTAKA
Agus, Cahyono . 2008 . Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan . Fakultas Kehutanan UGM . Yogyakarta .
Darmawijaya, Isa . 1997 . Klasifikasi Tanah . Gadjah Mada University Press . Yogyakarta .
Handayani, Suci . 2008 . Bahan Asistensi Praktikum Ilmu Tanah . Fakultas Pertanian UGM . Yogyakarta .
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. IlmuTanah. Perguruan Tinggi Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1992. IlmuTanah. PT .Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar