ACARA VII
AKUMULASI SERESAH DI LANTAI HUTAN
- TUJUAN
·
Mengetahui biomassa lantai hutan.
·
Mengetahui perlapisan lantai hutan dan tingkat
dekomposisinya.
·
Mengetahui karakteristik tanah dan lantai hutan
apabila dibandingkan dengan tanah pertanian.
·
Mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang
tepat dan mewakili satuan tanah teruji.
- DASAR TEORI
Seresah
adalah sisa jaringan tumbuhan baik berupa daun, ranting, cabang, maupun batang yang akan menjadi bahan
organik serta mencirikan sifat tanah, berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah
dan menyusun bahan material tanah. Seresah
dapat digunakan apabila telah terjadi proses dekomposisi (perombakan).
Sedangkan proses dekomposisi ini hanya merupakan mekanisme awal yang
selanjutnya menentukan fungsi dan peran seresah dalam tanah (Agus, 2003).
Biomassa
lantai hutan terbagi dalam 3 lapisan yaitu : litter, fermentet, dan humus.
Bahan – bahan ini siap digunakan oleh tanaman setelah terdekomposisi oleh
mikroorganisme yang kemudian termineralisasi menjadi unsur – unsur (Siarudin
dan Rachman, 2008).
Fungsi seresah dalam tanah akan mempengaruhi:
·
Ketersediaan unsur hara
·
Kapasitas penukaran kation
·
Sifat fisik tanah
·
Erosi tanah
·
Sumber energi bagi organisme lain
(Ma’shum, Mansur. 2003).
- ALAT DAN BAHAN
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
·
Kawat kuadratik 50x50 cm
·
Pisau atau cethok
·
Kertas sampul atau plastic
·
Alat tulis.
Bahan yang digunakan
adalah seresah di lantai hutan yang masih utuh.
IV.
CARA KERJA
·
Kawat
kuadratik berukuran 50 x 50 cm diletakkan pada
lantai hutan yang masih utuh.
·
Batas
sampel diiris secara hati-hati dengan menggunakan pisau atau gunting
·
Lapisan L
(litter) diambil pada
bagian atas lantai hutan tanpa merusak bagian bawahnya. Lapisan L dipisahkan menjadi daun, tangkai, bunga
dalam kantung terpisah yang berlabel.
·
Hal yang
sama dilakukan untuk lapisan F1 (fermentasi tahap 1), lapisan F2
(fermentasi 2) dan lapisan H (humus).
·
Hasil pengambilan lapisan L, F1, F2, dan lapisan H yang telah dibedakan menjadi daun, tangkai, dan
bunga ditimbang sebagai berat basah.
·
Hasil pengambilan dimasukan ke dalam oven 650C
sampai mencapai berat kering mutlak.
·
Kadar air, biomassa tertentu, dan biomassa total dihitung dalam kg/ha.
V.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Lapisan
|
Jenis
|
Berat Basah (gram)
|
Berat Kering (gram)
|
Biomassa
(kg/Ha)
|
Berat Amplop (gram)
|
1
|
Litter (L)
|
Daun
|
10
|
11,0
|
|
8,1
|
Ranting
|
9,7
|
9,5
|
|
8,2
|
||
Buah/Bunga
|
8,3
|
7,2
|
|
8,2
|
||
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Fermented (F)
|
Daun
|
8,7
|
8,6
|
|
8.0
|
Ranting
|
8,2
|
7,6
|
|
8,0
|
||
Buah/Bunga
|
0
|
0
|
|
8,1
|
||
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Humus (H)
|
Humus
|
9,3
|
9,1
|
|
8,3
|
PERHITUNGAN
1.
Kadar Air (KA) =
x 100%
a.
KA Litter daun =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
- 34,48%
b.
KA Litter ranting =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
15,38%
c.
KA Litter buah/bunga =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
- 110%
d.
KA Fermented daun =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
16,67%
e.
KA Fermented ranting =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
150%
f.
KA Fermented buah/bunga =
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
=
0 %
g.
KA Humus
=
x 100%
=
x 100%
=
x 100%
= 25%
2.
Biomassa
= (BK – B amp) x 160 kg/Ha
a.
Litter
daun = (
) x 160
kg/Ha
= (2,9) x 160
kg/Ha
= 464 kg/Ha
b.
Litter
ranting = (
) x 160
kg/Ha
= (1,3) x
160 kg/Ha
= 208
kg/Ha
c.
Litter
buah/bunga = (
) x 160
kg/Ha
=
(- 1) x 160 kg/Ha
=
- 160 kg/Ha
d.
Fermented
daun = (
) x 160
kg/Ha
=
(0,6) x 160 kg/Ha
=
96 kg/Ha
e.
Fermented
ranting = (
) x 160
kg/Ha
=
(- 0.8) x 160 kg/Ha
=
- 128 kg/Ha
f.
Fermented
buah/bunga = (
) x 160
kg/Ha
=
(- 8,1) x 160 kg/Ha
=
- 1296 kg/Ha
g.
Humus
= (
) x 160
kg/Ha
= (0,8) x
160 kg/Ha
= 128 kg/Ha
3.
Biomassa total =
=
{464 + 208 + (- 160) + 96 + (- 128) + (- 1296) + 128} kg/Ha
=
- 688 kg/Ha
4.
Persentase biomassa =
a.
Litter
PB =
=
=
- 74,42%
b. Fermented
PB =
=
=
193,02%
c. Humus
PB =
=
= -
18,60%
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan
pengambilan seresah pada setiap lantai hutan yang meliputi lapisan litter,
fermentasi, dan humus. Dari masing-masing lapisan dibedakan atas daun, ranting,
bunga atau buah kemudian dimasukkan dalam amplop. Setelah dilakukan pengukuran
massa amplop kosong, massa basah, dan massa kering setelah dioven, dilakukan
pengukuran kadar air, biomassa, dan
persentase biomassa.
Dari hasil perhitungan yang
dilakukan diketahui bahwa kadar air pada fermentasi paling besar diantara yang
lain mencapai 150 % sedangkan bagian-bagian yang lain seperti litter
buah/bunga, litter daun, fermentasi buah/bunga, litter ranting, fermentasi
daun, dan humus berturut-turut adalah : - 110%, - 34,48%, 0%, 15,38%, 16,67%,
dan 25%. Dilihat dari jenis seresah terdiri dari seresah daun, ranting,
buah/bunga. Tentu dari seresah bunga ataupun daun akan lebih mudah jatuh karena
ukuran dan beratnya yang kecil sehingga akan mudah jatuh karena angin,
sedangkan seresah yang berasal dari
ranting ataupun buah akan lebih sulit untuk jatuh karena massanya yang
besar sulit untuk jatuh karena angin.
Untuk umur, daun yang tua akan lebih mudah jatuh jika dibandingkan dengan daun
yang baru/muda. Sedangkan gravitasi adalah gaya tarik bumi sehingga menyebabkan
benda jatuh ke bawah.
Pada perhitungan biomassa diperoleh
biomassa litter daun, litter ranting, litter bunga/buah, fermentasi daun,
fermentasi ranting, dan humus berturut-turut adalah 464 kg/Ha; 208 kg/Ha; - 166
kg/Ha; 96 kg/Ha; - 128 kg/Ha; - 1296 kg/Ha; dan 128 kg/Ha. Dari hasil praktikum
didapatkan bahwa nilai biomassa terbanyak mencapai 464 kg/Ha untuk litter daun.
Padahal yang seharusnya itu humuslah yang memiliki biomassa paling tinggi.
Karena yang dimaksud dengan lapisan humus itu adalah lapisan zat hara, lapisan
makro nutrien. Tapi dari hasil percobaan bebeda dengan teori yang seharusnya.
Lapisan biomassa yang telah sempurna terbentuk setelah proses fermentasi.
Sedangkan biomassa terkecil ada pada litter daun dan fermentasi buah/bunga
senilai – 1296 kg/Ha. Data biomassa ini akan menggambarkan pelapisan dalam
akumulasi seresah di lantai hutan.
Apabila dilihat dari lapisan tanahnya
seresah-serasah tersebut berada pada lapisan tanah paling atas yang dikenal dengan top soil. Dan terdapat
pada horizon A,O .Seresah-seresah yang mengalami dekomposisi tersebut akan
memberikan nilai kesuburan pada tanah,
semakin banyak seresah yang terdekomposisi dan terakumulasi, maka tanah
tersebut akan semakin subur.
faktor yang mempengaruhi jatuhnya seresah
adalah sebagai berikut :
1.
Iklim ( suhu )
Suhu yang panas dapat menyebabkan jatuhan
seresah meningkat. Akan tetapi pada daerah pengambilan sampel, suhu tidak
begitu panas ( masih dalam musim hujan ) sehingga mengakibatkan seresah yang
jatuh sedikit.
2.
Angin
Angin yang besar akan meningkatkan jatuhan
serasah karena memperkecil kekuatan melekatnya bagian tumbuhan yang sudah
kering. Akan tetapi pada daerah pengambilan sampel angin tidak terlalu kencang
sehingga seresah yang jatuh sedikit.
3.
Tumbuhan itu sendiri
Bagian-bagian tumbuhan belum banyak yang
kering sehingga tidak banyak yang jatuh.
Lahan hutan tentu akan
mengalami akumulasi seresah yang berbeda dengan lahan pertanian atau
perkebunan. Alasannya adalah karena tumbuhan yang menghuninya berbeda. Tentulah
populasi tumbuhan hutan lebih variatif dan kompleks dari pada lahan pertanian.
VII.
KESIMPULAN
·
Lapisan
lantai hutan terdiri dari lapisan liter(L), fermentasi (F) dan, lapisan Humus
(H)
·
Pada
lapisan lantai hutan terdiri dari bahan organik yang belum terkomposisi
(lapisan L),terdekomposisi sebagian (lapisan F) dan terkomposisi seluruhnya
(lapisan H).
·
Laju
dekomposisi seresah berbeda-beda dan ditentukan oleh faktor-faktor baik dari
seresah itu sendiri ataupun dari lingkungan.
·
Kecepatan
jatuhnya seresah dipengaruhi oleh jenis seresah, masah seresah, kecepatan angin,
dan gaya grafitasi.
·
Sistem
pengunaan lahan tentunya akan berpengaruh pada akumulasi seresah yang ada. Untuk lahan hutan mempunyai akumulasi
jenis seresah yang lebih bervariasi.
·
Semakin banyak seresah terdekomposisi tanah semakin baik.
·
Jatuhnya seresah dipengaruhi oleh iklim, angin, dan
tumbuhan itu sendiri.
·
Jatuhan dan komposisi seresah lebih banyak dan lebih
variatif lantai hutan daripada lahan pertanian/ perkebuan.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Cahyono. 2008.
Petunjuk Pratikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta.
Ma’shum, Mansur. 2003. Biologi Tanah. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Siarudin,
M.
& Rahmat. E. 2008. Biomassa Lantai Hutan.
Kawasan Hutan Mangrove. Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar