Rimud
Laporan Praktikum Ilmu tanah
Minggu, 02 November 2014
Kamis, 23 Oktober 2014
Laporan konsistensi tanah
ACARA VIII
KONSISTENSI TANAH
I. TUJUAN
1. Menetapkan
Batas Cair tanah (BC)
2. Menetapkan
Batas Lekat tanah (BL)
3. Menetapkan
Batas Gulung tanah (BG)
4. Menetapkan
Batas Berubah Warna tanah (BBW)
v
Menghitung Jangka Olah Tanah (JO)
v
Menghitung Indeks Plastisitas Tanah (IP)
v
Menghitung persediaan air maksimum dalam
tanah (PAM)
.
II. DASAR TEORI
Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang
menunjukan derajat adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan.
Sifat fisik yang ditunjukan pada konsistensi berupa keliatan (plasticity),
keteguhan (friability), dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi
dikelompokan menjadi dua, yaitu kualitatif (biasanya di lapangan dan di
laboratorium) dan kuantitatif (di laboratorium) dengan pendekatan angka Atterberg
yaitu batas cair (BC), batas gulung (BG), batas lekat (BL), dan batas berubah
warna (BBW). Angka-angka Atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan
konsistensi tanah (Handayani,
Suci. 2007).
BC merupakan kadar lengas pada saat tanah mulai
mengalir bebas tanpa tekanan atau jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan oleh
tanah. BL adalah
kadar lengas pada saat tanah basah tidak mengalir pada alat logam atau kadar air dimana tanah mulai tidak
dapat melekat lagi pada benda lain. BG merupakan kadar lengas tanah pada saat
tanah mulai dapat dibentuk
atau kadar air dimana gulungannya tidak dapat lagi
digolek-golekkan. BBW merupakan kadar lengas pada saat tanah mulai mengering dan tidak dapat menyediakan
lengas untuk tanaman (Handayani,
Suci. 2007 dan Agus, Cahyono. 2008).
Konsistensi
tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, juga penting bagi penetrasi akar tanaman di
lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas. Dalam keadaan lembab, tanah
dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah ) sampai teguh ( agak
sulit dicangkul ). Dalam keadaan kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi
lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari
plastis sampai tidak plastis ataupun kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai
lekat. Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan
meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah akan
dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak waktu kering. Bila tanah
sukar hancur dengan remasan tersebut, tanah dikatakan berkonsistensi teguh (
lembab ) atau keras ( kering ) (Hardjowigeno,
1987).
Konsistensi
tanah dapat ditetapkan secara langsung di laboratorium berdasarkan angka-angka
Atterberg. Angka Atterberg adalah persentase berat lengas tanah yang diukur
pada saat tanah mengalami perubahan konsistensi.
Adapun
Evaluasi Angka-Angka Atterberg adalah sebagai berikut :
Harkat
|
Plastisitas (BC-BG) (%)
|
Jangka olah (BL-BG) (%)
|
Batas mengalir (BC-BBW) (%)
|
Sangat rendah
|
0-5
|
1-3
|
< 20
|
Rendah
|
6-10
|
4-8
|
21-30
|
Sedang
|
11-17
|
9-15
|
31-45
|
Tinggi
|
18-30
|
16-25
|
46-70
|
Sangat tinggi
|
31-43
|
26-40
|
71-100
|
Ekstrim tinggi
|
> 43
|
>40
|
>100
|
(Hardjowigeno,1987).
Konsistsnsi
tanah menunjukkan kekuatan daya adhesi dan kohesi butir-butir ta
Nah dengan benda
lain.Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang
akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut dapat
berupa usikan, misalnya
pencangkulan,
dan pembajakan. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik
umumnya mudah
diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah (Hardjowigeno,1992).
Jumlah
air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman ditunjukkan oleh BC, dan yang
terendah oleh BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi tanaman harus mempunyai kadar air
yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG merupakan
kadar air dimana tanah mudah diolah (dicangkul, digaru), sehingga dinamakan
jangka olah (JO). Antara BC dan BG merupakan kadar air tanah di mana tanah
menunjukan derajat keteguhan (DT) (Darmawijaya,
Isa. 1997).
III.
ALAT
DAN BAHAN
a)
Batas
Cair
1.
1 buah alat Casagrande
2.
1 buah cawan penguap diameter 12 cm
3.
1 buah colet
4.
1 buah botol pemancar air
5.
4 buah cupu
6.
1 buah timbangan analitis
7.
1 buah dapur pengering
8.
1 buah eksikator
9.
1 helai kertas grafik semilog
10. Contoh
tanah :
mediteran
b) Batas Lekat
1. 1 buah colet yang mengkilat bersih dan
permukaannya rata (sebaiknya dari nikel)
2. 2 buah cupu
3. 1 buah botol pemancar air
4. 1 buah timbangan analitis
5. 1 buah dapur pengering
6. 1 buah eksikator
7. Contoh tanah : mediteran (pasta tanah sisa
acara BC)
c)
Batas
Gulung
1. 1 buah lempeng kaca seluas telapak tangan
2. 3 buah penimbang
3. 1 buah botol pemancar air
4. 1 buah pengering
5. 1 buah timbangan analitik
6. 1 buah eksikator
7. Contoh tanah : mediteran (pasta tanah sisa
acara BL atau BC)
d)
Batas
Berubah Warna
1. 1 buah papan kayu dengan salah satu permukaan
lebarnya rata dan halus, kira-kira berukuran 10 x 15 cm
2. 1 buah colet
3. 2 buah cupu
4. 1 buah dapur pengering
5. 1 buah timbangan analitis
6. 1 buah eskikator
7. Contoh tanah : mediteran (sisa pasta tanah
acara BT atau BL)
IV.
CARA
KERJA
a)
BATAS
CAIR
1. Alat
Casagrande disiapkan dengan 2 buah sekrup pengatur dan dengan bagian ekor colet tinggi jatuh cawan diatur setinggi 1
cm.
2. Sejumlah tanah diambil secukupnya ( + 100gr) dalam
cawan penguap. Dengan menggunakan colet tanah dicampur dengan air yang
ditambahkan sedikit demi sedikit dengan cupu pemancar sehingga diperoleh pasta
yang homogen.
3. Sebagian pasta tanah diletakkan di atas cawan alat casagrande
dan permukaannya diratakan dengan colet sampai tebal pasta +1cm.
Kemudian dengan colet pasta tanah dibelah sepanjang sumbu simetris cawan. Waktu
membelah pasta, colet dipegang sedemikian sehingga pada saat setiap
kedudukannya ia selalu tegak lurus pada permukaan cawan dan ujung colet selalu
tertekan di permukaan cawan. Di dasar alur pembelahan harus terlihat permukaan
cawan yang bersih dari tanah selebar ujung colet (2mm).
4. Alas casagrande diputar pada pemutarnya
sedemikian ceptanya sehingga cawan terketuk-ketuk sebanyak dua kali tiap detik.
Banyak ketukan untuk menutupi kembali sebagian alur sepanjang 1cm dihitung.
Kemudian diulangi langkah ketiga, cawan diketuk-ketukan lagi dan banyak ketukan
untuk menutupi kembali alurnya seperti tadi dihitung. Pekerjaan ini diulang-ulang
lagi sampai setiap kali diperoleh banyaknya ketukan yang tetap.
5. Setelah
dapat diperoleh banyaknya ketuakn yang tetap antara 10 sampai 40, ambilah
sejumlah pasta tanah disekitar bagian alur yang menutup sebanayk kira-kira 10gr
dan ditetapkan kadar lengasnya
seperti dalam acara kadar lengas.
Catatan :
Jika diperoleh hasil yang banyak
ketukannya kurang dari 20 maka berarti pastanya terlalu basah dan kalau lebih
dari 40 ketukan pastanya terlalu kering, dalam kejadian pertama kebasahan
dikurangi dengan jalan menambah kering sedikit dan dalam kejadiankedua pastanya
ditambah air.
6. Kerjakan
lagi langkah ke-3 s/d ke-5, sehingga keseluruhannya dperoleh empat kali
pengamatan dengan ketukan yang berbeda-beda, yaitu dua buah pengamatan
berketukan di bawah 25 dan dua buah lainnya di atas 25.
Catatan :
Untuk
dapat memperoleh 4 buah pengamatan itu ada 2 cara:
a.
Pengamatan
dimulai dari keadaan pasta yang kering (ketukan lebih banyak) ke keadaan basah
(ketukan lebih sedikit) denagan jalan menambah air pada pasta tanah setelah
selesai suatu pengamatan.
b. Berlawanan dari cara a yaitu dimulai dari keadaan yang
lebih basah ke keadaan yang lebih kering dengan jalan membiarkan pasta tanah
agak kering setiap selesai suatu pengamatan.
b)
BATAS
LEKAT
1. Diambil
sisa pasta tanah acara BC, digumpalkan dalam tangan dan ditusukkan colet kedalamnya sedalam 2,5 cm dengan
kecepatan 1 cm/detik. Dapat juga dijalankan dengan menggumpalkan pasta dengan
ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik secepat
0,5 detik.
2. Diperiksa
permukaan coletnya :
a.
Bersih, tidak ada tanah lebih kering
dari BL.
b.
Tanah atau suspensi tanah melekat,
berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
3.
Dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2,
tetntukan apakah pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya, dan
diulangi langkah 1 hingga sampai mencapai keadaan di pemukaan colet di sebelah
ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 dikali
dalamnya penusukan kira-kiar 0,8 cm.
4. Diambil
tanah sekitar, tempat tusukan sebanyak kira-kira 10 gram dan ditetapkan kadar
lengasnya seperti dalam acara kadar lengas.
5. Dikerjakan
lagi langkah-langkah 1 s/d 4 sebagai duplo. Hasil duplo dengan yang pertama
tidak berselisih lebih dari 1 %. Kalau lebih, harus diulangi lagi sampai
diperoleh 2 pengamatan yang selisihnya tidak lebih dari 1 %.
c)
BATAS
GULUNG
1. Diambil
pasta tanah kira-kira 15 gram dan buat bentuk seperti sosis, letakkan di atas
lempeng kaca dan gerakkan telapak tangan maju mundur, sosis tanah
digolek-golekan sampai berbentuk tambang. Jarak penggolekan ialah dari ujung
jari sampai pangkalnya dan kembali. Pada waktu menggolek jari-jari melakukan
gerakan menjarang.
2. Diperiksa
tambang tanah yang terbentuk.
3. Diulangi
langkah 1 dengan lebih dulu menambah atau mengurangi kelembaban pasta tanah
(tergantung hasil langkah ke-2) sampai dicapai keadaan, tambang tanah itu akan
mulai retak-retak / putus-putus pada waktu mencapai tebal 3 mm.
4. Diambil
tambang yang retak-retak / putus-putus itu dan tetapkan kadar lengasnya seperti
dalam acara kadar lengas.
5. Dikerjakan
2 kali langkah-langkah ke-1 s/d ke- 4 sebagai duplo dan triplo
d)
BATAS
BERUBAH WARNA
1. Diratakan
pasta tanah dengan colet, tipis dan licin, di atas permukaan papan kayu yang
rata dan halus. Bentuknya dibuat jorong dan pelan-pelan menipis dari tengah ke
tepi. Bagian tengah tebalnya kira-kira 3 mm.
2. Didiamkan
dalam tempat yang teduh dan jauh dari sumber panas. Lengas dalam pasta
pelan-pelan akan menguap dan penguapan lebih cepat di bagian yang tipis (tepi).
Pada waktu lengas menguap, pori-pori yang ditinggalkan oleh lengas akan diisi
oleh udara, maka warna tanah akan memuda. Pemudaan ini akan berjalan mulai
daritepi dan dengan pelan-pelan menjalan ke tengah.
3. Setelah
jalur mudah dicapai lebarnya kira-kira 0,5, maka jalur muda diambil dengan
colet bersama-sama dengan jalur disampingnya yang masih gelap, juga selebar
kira-kira sama banyak dari 2 tempat sekeliling. Juga menentukan jorong untuk
mendapat hasil rata-rata yang lebih baik. Untuk dijadikan pedoman, warna muda
di salah satu sudut papan kayu diletakkan selapis tipis contoh tanah kering
udara yang digunakan dalam acara ini sebagai pembanding.
V.
HASIL
PENGAMATAN
a. Batas
Cair
Pengamatan ke
|
Berat Cupu (a gram)
|
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
|
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
|
Kadar Lengas (%)
|
20 ketukan
|
6
|
20,7
|
11,7
|
157,89
|
18 ketukan
|
5,9
|
11,1
|
9,7
|
36,84
|
36 ketukan
|
5,8
|
9,6
|
7,6
|
111,11
|
40 ketukan
|
5,9
|
10,7
|
8,8
|
65,52
|
b. Batas Lekat
Pengamatan ke
|
Berat Cupu (a gram)
|
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
|
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
|
Kadar Lengas (%)
|
1
|
7,5
|
12,5
|
11
|
42, 86
|
2
|
7,4
|
12,6
|
11,1
|
40,54
|
c. Batas Gulung
Pengamatan ke
|
Berat Cupu (a gram)
|
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
|
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
|
Kadar Lengas (%)
|
1
|
7
|
9,9
|
9,1
|
38,10
|
2
|
6,6
|
8,9
|
8,5
|
21,05
|
d. Batas Berubah Warna
Pengamatan ke
|
Berat Cupu (a gram)
|
Berat Basah Tanah + Cupu (b gram)
|
Berat Kering Tanah + Cupu (c gram)
|
Kadar Lengas (%)
|
1
|
7,3
|
21,1
|
16,4
|
51,65
|
2
|
7,2
|
31,6
|
25,5
|
33,33
|
PERHITUNGAN
Perhitungan
Kadar Lengas (KL)
Rumus
umum KL =
a)
Kadar
Lengas BC
Ø KL BC 20 ketukan =
=
=
157,89%
Ø KL BC 18 ketukan =
=
=
36,84%
Ø KL BC 36 ketukan =
=
=
111,11%
Ø KL BC 40 ketukan =
=
=
65,52%
v
Rata-rata
kadar lengas BC
BC = (
= (
=
92,84%
b)
Kadar
Lengas BL
Ø KL BL1 =
=
=
42,86%
Ø KL BL2 =
=
=
40,54%
v
Rata-rata
kadar lengas BL
BL = (
= (
=
41,7%
c)
Kadar
Lengas BG
Ø KL BG1 =
=
=
38,10%
Ø KL BG2 =
=
= 21,05%
v
Rata-rata
kadar lengas BG
BG = (
= (
=
29,58%
d)
Kadar
Lengas BBW
Ø KL BBW1 =
=
=
51,65%
Ø KL BBW2 =
=
=
33,33%
v
Rata-rata
kadar lengas BBW
BBW = (
=
(
=
42,45%
Perhitungan Batas Cair
Perhitungan BC menggunakan 3 cara, yaitu:
a.
Rumus
umum
b.
Persamaan
regresi
c.
Grafik
a.
Perhitungan
dengan Rumus Umum
Log BC = log KLN + 0,121
log N - 0,16015
Ø Log BC20 = log 157,89 + 0,121 . log 20 – 0,16915
= 2,198 + (0,121 . 1,30) –
0,16915
= 2,198 + 0,1573 – 0,16915
= 2,19
BC20 = anti log 2,19 = 154,88%
Ø Log BC18 = log 36,84+ 0,121 . log 18 – 0,16915
= 1,57 + (0,121 . 1,26) –
0,16915
= 1,57 + 0,15246 – 0,16915
= 1,55
BC18 = anti log 1,55 = 35,48%
Ø Log BC36 = log 111,11 + 0,121 . log 36 – 0,16915
= 2,05 + (0,121 . 1,56) –
0,16915
= 2,05 + 0,18876 – 0,16915
= 2,07
BC36 = anti log 2,07 = 117,49%
Ø Log BC40 = log 65,52 + 0,121 . log 40 – 0,16915
= 1,82 + (0,121 . 1,60) –
0,16915
= 1,82 + 0,1936 – 0,16915
= 1,85
BC40 = anti log 1,85 = 70,79%
v
BC rata-rata = (
=
(
=
94,66%
b.
Perhitungan
dengan persamaan regresi
Jumlah Ketukan
|
Log (Banyak Ketukan) {X}
|
Kadar lengas {Y}
|
XY
|
X2
|
20
|
1,30
|
157,89
|
205,26
|
1,69
|
18
|
1,26
|
36,84
|
46,418
|
1,59
|
36
|
1,56
|
111,11
|
173,33
|
2,43
|
40
|
1,6
|
65,52
|
104,83
|
2,56
|
Σ
|
5,72
|
371,36
|
529,84
|
8,27
|
v X =
=
= 1,43
v Y =
=
= 92,84
v b =
=
=
=
= - 13,33
v
a = Y – bX
= 92,84 – (-
13,33).1,43
= 92,81 – (-
19,06)
= 111,9
Jadi, persamaan regresinya, Y = a + bX,
dengan X = log 25 (log 25 = 1,39794)
Y = 111,9 + (- 13,33).1,39794
=
111,9 + (- 18,63)
= 93,27
c.
Perhitungan
dengan grafik
Tabel Rumus Umum (Cara Titik Tunggal)
|
|||||
Ulangan
|
Kadar Lengas (%)
|
Banyak Ketukan
|
Log Kadar Lengas
|
Log Banyak Ketukan
|
Log BC
|
1
|
157,89
|
20
|
2,198
|
1,30
|
2,19
|
2
|
36,84
|
18
|
1,57
|
1,26
|
1,55
|
3
|
111,11
|
36
|
2,05
|
1,56
|
2,07
|
4
|
65,52
|
40
|
1,82
|
1,6
|
1,85
|
|
Rata-rata
|
1,915
|
|||
|
BC Hasil Perhitungan
|
82,22
|
Y = - 13,33 X + 111,9
|
||
= - 13,33 (1,39794) + 111,9
|
||
= - 18,63 + 111,9
|
||
= 93,27
|
||
Perhitungan
Dari:
1.
Jangka
Olah Tanah (JO)
2.
Indeks
Plastisitas Tanah (IP)
3.
Persediaan
Air Maksimum (PAM)
Ø Jangka Olah Tanah =
BL – BG
=
41,7 – 29,58
=
12,12
Ø Indeks Plastisitas Tanah =
BC – BG
=
92,84 – 29,58
=
63,26
Ø Persediaan Air Maksimum =
BC – BBW
=
92,84 – 42,45
=
50,39
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita mengadakan pengujian
dengan menggunakan anggka-angka Atterberg, yaitu: BC, BL, BG, dan BBW pada tanah mediteran.
Konsistensi tanah ditentukan
oleh struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara
penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah
bawahan.
Pada
pengamatan batas cair digunakan tiga cara untuk mendapatkan nilai batas cair
dari masing-masing jenis tanah, yaitu dengan grafik, rumus umum ; log BC = log
Kln + 0,121 log N – 0,16915, dan dengan persamaan regresi : Y = a + bx. Dari
ketiga metode tersebut, perhitungan dengan persamaan regresi merupakan metode
yang paling baik karena hasil yang diperoleh merupakan hasil pengolahan semua
data hasil pengamatan sehingga lebih akurat daripada metode grafik yang
memungkinkan adanya data yang tidak tercakup dam metode rumus umum yang hanya
menggunakan data satu kali pengamatan. Namun demikian dari hasil perhitungan
dengan menggunakan ketiga metode tersebut diperoleh hasil yang yang tidak jauh
berbeda. Batas cair yang diperoleh dari perhitungan tersebut menunjukkan kadar
lengas maksimum yang dapat membuat tanah tidak mengalir bersama air, artinya
jika tanah-tanah tersebut memiliki kadar lengas dari batas cairnya lebih rendah
maka tanah akan mengalir bersama dengan air. Pada batas cair ini massa tanah tidak lagi dapat
mengalir semata-mata oleh gaya berat, akan tetapi masih dapat juga meluncur
kalau dikenai oleh suatu gaya penggerak. Gaya penggerak pada
percobaan ini ditunjukkan oleh alat casagrande, dimana alat ini bekerja dengan
sistem gerakan yang menghasilkan ketukan-ketukan. Dari hasil ketukan ini maka
didapatkan hasil dari pengukuran kadar lengas yang berbeda. Percobaan ini
dilakukan sebanyak empat kali dengan bermacam ketukan pada masing-masing contoh
tanah. Percobaan pertama pada tanah mediteran menghasilkan 20 ketukan.
Percobaan kedua menghasilkan 18 ketukan. Percobaan ketiga menghasilkan 36
ketukan dan yang keempat menghasilkan 40 ketukan. Dari contoh tanah yang
memiliki hasil ketukan yang berbeda ini kemudian diambil dari alur yang telah tertutup oleh tanah.
Dari situ, kemudian dilakukan pengovenan untuk menentukkan besar kadar lengas
tanah tersebut. Dengan penghitungan menggunakan cara rumus umum maka
didapatkann besar kadar lengas rata-rata tanah mediteran adalah 92,84. Pada perhitungan dengan persamaan
regresi maka kadar lengas tanah mediteran adalah 93,27.
Untuk
BL, kita harus menggunakan colet yang bersih, jangan sampai berlemak atau kasar
permukaannya. Jika colet berlemak, maka akan mengganggu menempelnya tanah pada
colet; jika permukaanya kasar, akan menyebabkan tanah sulit melekat. Jika kedua
hal ini terjadi, kita tidak dapat menentukan BL nya. Kelembaban tanah berkaitan
dengan kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air. Jika suatu jenis tanah
tidak bersifat lekat maka hal ini menunjukan bahwa kelembabanya rendah. Jika
kecepatan menusuk lebih lambat dari 5cm/detik, memungkinkan tanah yang
seharusnya tidak lengket menjadi lengket. Dan dari praktikum ini kita
mendapatkan nilai BL sebesar 41,7. Alat yang digunakan pada pengamatan adalah
colet yang bersih dan permukaanya rata. Kecepatan penusukan dan penarikan colet
penting, sebab kecepatan pergeseran berpengaruh terhadap kelekatan tanah pada
permukaan colet.
Untuk BG, landasan penggolekan harus keras dan rata
permukaannya agar pada saat kita menggolek-golekkan tanah, tekanan yang kita
berikan dapat menyebar merata, kepadatan tanah tetap dapat terjaga. Apabila
landasan yang digunakan berserabut tentunya akan mengganggu permukaan tambang
tanah, misalnya memberi kasan retak atau akan mematahkan tambang tanah yang
kita buat walaupun belum mencapai batas gulungnya. Dan dari praktikum ini kita mendapatkan nilai BG sebesar
29,58.
Untuk BBW, istilah plastis dapat kita artikan liat.
Pada selisih BT-BG yang menunjukan indeks plastis karena diantar BT dan BG
tanah bersifat basah, menunjukan sifat liat tanah. Hubungannya dengan
pengolahan tanah adalah menunjukan tingkat keliatan tanah. JO adalah selisih BL
dan BG, BL menunjukan konsistensi lekat sangat tinggi, BG menunjukan batas
konsistensi liat dan tidak liat. Pengolahan tanah tidak baik apabila antara BLA
& BL karena struktur tanah peka terhadap kerusakan. BBW rendah seiring
dengan BLB yang tinggi sehingga tanah mudah diolah karena tersedia rentang
kadar lengas tanah yang lebar yang baik untuk mengolah tanah. Persediaan air
tertinggi dalam tanah terjadi apabila pada saat tanah bersifat sangat liat,
kejenuhan kadar air tinggi.
Dan dari praktikum ini kita mendapatkan nilai BBW sebesar 42,45.
Nilai
yang diperoleh dari keempat batas konsistensi di atas digunakan untuk
menghitung jangka olah tanah (JO). Indeks plastisitas (IP), dan persediaan air
maksimum (PAM).
Dari
hasil perhitungan diperoleh jangka olah tanah mediteran sebesar 12,12 %. Tanah
dengan jangka olah tinggi merupakan tanah yang lebih mudah diolah daripada
tanah dengan jangka olah rendah.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanah
mediteran merupakan tanah yang mudah untuk diolah.
Pada
perhitungan indeks plastisitas diperoleh indek plastisitas tanah mediteran
sebesar 63,26%. Tanah dengan indeks plastisitas tinggi merupakan tanah yang
mudah diolah, karena tanah mudah tidak mudah pecah ketika diolah.
Dari
perhitungan persediaan air maksimum diketahu PAM tanah mediteran sebesar
50,39%. Nilai yang diperoleh menunjukkan kadar air yang tersedia bagi tanaman
dapat dikatakan tanah mediteran memiliki PAM yang baik.Akan tetapi, penentuan
PAM dalam praktikum ini kurang akurat.Hal ini dikarenakan penentuan yang
dilakukan pada tanah dalam keadaan yang tidak alami lagi (tanah telah diaduk
dengan air hingga menjadi pasta) sehingga mekanisme penyerapan air yang terjadi
berbeda dengan keadaan alami, dimana banyaknya dan ukuran pori-pori tanah
berperan penting pada Penentuan PAM yang dianggap lebih baik adalah dengan
menghitung perbedaan kadar air pada tegangan 1/3 bar (kapasitas lapang) dengan
kadar pada 15 bar (titik layu permanen).
VII.
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Konsistensi
tanah penting untuk diketahui karena dapa memberitahukan penentuan cara
pengolahan tanha yang baik, untuk mengetahui penetrasi akar yang baik dan
kemampuan tanah menyimpan kelengasannya.
2. Tanah
mediteran merupakan tanah yang paling baik diolah karena nilai IP, JO dan PAM mediteran
tinggi.
3. Penentuan
PAM lebih baik dilakukan dengan menghitung perbedaan kadar air pada tegangan
1/3 bar (kapasitas lapang) dengan kadar pada 15 bar (titik layu permanen).
4. Pada batas cair dapat diketahui bahwa massa tanah tidak
lagi dapat mengalir semata-mata oleh gaya berat, akan tetapi masih dapat juga
meluncur kalau dikenai oleh suatu gaya penggerak.
5. Kecepatan
penusukan dan penarikan colet penting, sebab kecepatan pergeseran berpengaruh
terhadap kelekatan tanah pada permukaan colet.
6. Apabila
tanah memiliki kadar air kurang dari batas berubah warnanya maka tanaman sudah
tidak mampu lagi menyerap air dari tanah tersebut.
7. Hasil
perhitungan konsistensi tanah mediteran sebagai berikut
·
Batas cair = 92,84%
·
Batas lekat = 41,7 %
·
Batas gulung = 29,58 %
·
Batas berubah warna = 42,45 %
·
Jangka Olah (JO) = 12,12 %
·
Indeks Plastisitas (IP) = 63,26 %
·
Persediaan Air Maksimum (PAM) = 50,39 %
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Cahyono . 2008 . Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan
. Fakultas Kehutanan UGM . Yogyakarta .
Darmawijaya, Isa . 1997
. Klasifikasi Tanah . Gadjah
Mada University Press . Yogyakarta .
Handayani, Suci . 2008
. Bahan Asistensi Praktikum Ilmu Tanah
. Fakultas Pertanian UGM . Yogyakarta .
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. IlmuTanah. Perguruan Tinggi Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1992. IlmuTanah. PT .Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)